tag:blogger.com,1999:blog-35526978268463906742024-03-13T10:21:40.532-07:00Kabar Elite BangsaAdminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.comBlogger99125tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-29084868406069769322018-11-11T02:14:00.000-08:002018-11-11T02:14:06.540-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, tetapi justru memperkenankan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, sekiranya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berharap aku bicara halus, bagus-bagus, melainkan kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum apabila panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang sepatutnya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun seandainya tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yakni betul-betul-benar-benar vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Kalau diperbolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diaplikasikan, air diaplikasikan, rakyat diterapkan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikontrol menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diwujudkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Namun, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, apabila kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang amat-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang seperti itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang bila dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya mesti langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-60411912734782556682018-11-10T14:47:00.000-08:002018-11-10T14:47:04.514-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, melainkan justru memperbolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, jika kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berkeinginan aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jikalau panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang sepatutnya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Melainkan apabila tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yaitu sungguh-sungguh-amat vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Jikalau diperkenankan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diaplikasikan, air diterapkan, rakyat diterapkan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikuasai menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dijadikan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita menyanyi “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut tapi mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, apabila kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang patut bisa diaplikasikan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang apabila dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya wajib lantas dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-53589219770565806042018-11-09T17:31:00.000-08:002018-11-09T17:31:08.735-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, melainkan justru membolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, jika kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian ingin aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, melainkan kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jikalau panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang wajib ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Tapi sekiranya tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yakni betul-betul-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Kalau diizinkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air diterapkan, rakyat diterapkan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikendalikan menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diwujudkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut tapi mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, sekiranya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang mesti bisa diterapkan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang seperti itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang apabila dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya semestinya seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-74372515378820265012018-11-08T12:54:00.000-08:002018-11-08T12:54:01.464-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, tetapi justru membiarkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, jika kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, melainkan kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum sekiranya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang sepatutnya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun jika tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini merupakan sungguh-sungguh-benar-benar vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Seandainya diizinkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air diaplikasikan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dibatasi menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita menyanyi “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, tapi Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut tapi mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Namun, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, apabila kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-sungguh-sungguh penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang harus bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang seandainya dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya patut seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-26776419482296960902018-11-07T16:17:00.000-08:002018-11-07T16:17:11.343-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, melainkan justru memperkenankan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, sekiranya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berkeinginan aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum sekiranya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang harus ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Tapi sekiranya tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini ialah sungguh-sungguh-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Jikalau dibolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air diaplikasikan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dipegang menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diwujudkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, jika kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-amat penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa diterapkan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang demikian itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang bila dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya mesti lantas dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-48898305730358826142018-11-07T11:44:00.000-08:002018-11-07T11:44:15.182-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, tapi justru membolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, jika kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berkeinginan aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jika panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang sepatutnya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Melainkan sekiranya tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini merupakan benar-benar-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Jikalau dibolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air diterapkan, rakyat diterapkan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikontrol menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, melainkan Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut tapi mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, jika kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-sungguh-sungguh penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang patut bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang seandainya dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya patut langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-12417735171341501532018-11-06T10:23:00.000-08:002018-11-06T10:23:07.081-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar awam, melainkan justru membiarkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, seandainya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian ingin aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, melainkan kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum sekiranya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang semestinya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun jikalau tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini merupakan sungguh-sungguh-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Seandainya diperkenankan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air digunakan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dipegang menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita menyanyi “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Namun, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, apabila kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang seperti itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang jikalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya wajib langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-38278338709617817342018-11-05T21:57:00.000-08:002018-11-05T21:57:13.647-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, tetapi justru membolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, sekiranya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berkeinginan aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum sekiranya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang semestinya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Melainkan jika tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yakni amat-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Kalau diperkenankan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air diaplikasikan, rakyat diterapkan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikendalikan menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita berdendang “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, tapi Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, sekiranya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-amat penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang demikian itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang kalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya semestinya langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-8403631244384850222018-11-05T06:16:00.000-08:002018-11-05T06:16:11.876-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, tapi justru memperkenankan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, apabila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum bila panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang harus ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Tapi bila tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yakni benar-benar-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Bila diizinkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air diterapkan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikuasai menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diciptakan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita berdendang “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, sekiranya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang amat-amat penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang patut bisa diterapkan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang demikian itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang jikalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya mesti langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-75922567773143401572018-11-04T04:07:00.000-08:002018-11-04T04:07:09.220-08:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, melainkan justru memperbolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, apabila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berharap aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum bila panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang wajib ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun bila tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yakni benar-benar-betul-betul vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Seandainya diperbolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air diaplikasikan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikontrol menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diciptakan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita menyanyi “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, tapi Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Namun, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, seandainya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang amat-sungguh-sungguh penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang patut bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang sekiranya dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya wajib seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-56912399592205244882018-11-03T21:05:00.000-07:002018-11-03T21:05:02.753-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar awam, tapi justru membiarkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, jika kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian ingin aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jika panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang harus ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Tapi apabila tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yakni sungguh-sungguh-amat vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Bila dibolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air digunakan, rakyat digunakan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikendalikan menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, melainkan Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, jika kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-benar-benar penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang patut bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang demikian itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang seandainya dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya sepatutnya seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-75408130582213013772018-11-03T17:14:00.000-07:002018-11-03T17:14:02.479-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, tapi justru memperkenankan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, bila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berharap aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum bila panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang mesti ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun apabila tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini merupakan betul-betul-benar-benar vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Seandainya diperkenankan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air diterapkan, rakyat digunakan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dipegang menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diciptakan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita berdendang “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” tetapi kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, melainkan Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Namun, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, seandainya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang betul-betul-benar-benar penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang wajib bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang jikalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya patut seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-21304191707039251912018-11-02T16:43:00.000-07:002018-11-02T16:43:04.557-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, melainkan justru memperkenankan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, seandainya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian ingin aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jikalau panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang sepatutnya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Tapi bila tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yakni benar-benar-amat vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Kalau diperbolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air digunakan, rakyat digunakan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dibatasi menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diwujudkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita berdendang “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” tetapi kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, apabila kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang betul-betul-sungguh-sungguh penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang wajib bisa diaplikasikan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang seperti itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang jikalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya wajib seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-23745102597634484752018-11-01T06:26:00.000-07:002018-11-01T06:26:01.668-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, tapi justru membolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, sekiranya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berharap aku bicara halus, bagus-bagus, melainkan kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum bila panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang wajib ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun apabila tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini ialah sungguh-sungguh-betul-betul vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Sekiranya diizinkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air diaplikasikan, rakyat diterapkan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikendalikan menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diwujudkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” tetapi kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, tapi Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut tapi mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, seandainya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-benar-benar penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa diaplikasikan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang kalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya seharusnya langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-48681837887966479612018-10-31T00:38:00.000-07:002018-10-31T00:38:01.237-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, melainkan justru memperkenankan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, jikalau kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berkeinginan aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum sekiranya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, namun elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang sepatutnya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun bila tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini ialah sungguh-sungguh-benar-benar vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Apabila dibolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air diterapkan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikuasai menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diwujudkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita menyanyi “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, melainkan Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Namun, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, bila kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-amat penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang demikian itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang bila dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya mesti seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-33957183749811157862018-10-30T02:39:00.000-07:002018-10-30T02:39:07.144-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, tapi justru memperbolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, apabila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian ingin aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jika panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang harus ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun seandainya tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini ialah betul-betul-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Seandainya diperbolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air diterapkan, rakyat digunakan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikontrol menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diciptakan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita menyanyi “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, tapi Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut tapi mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, seandainya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-amat penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa diaplikasikan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang demikian itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang sekiranya dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya patut lantas dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-6894822000120473692018-10-28T17:32:00.000-07:002018-10-28T17:32:01.086-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar awam, tetapi justru membiarkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, apabila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian ingin aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berharap aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum seandainya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, namun elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang patut ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun jika tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini merupakan sungguh-sungguh-benar-benar vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Bila dibolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air digunakan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dibatasi menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dijadikan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” tetapi kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, melainkan Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut tapi mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, sekiranya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang betul-betul-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang wajib bisa diaplikasikan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang kalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya semestinya langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-90269725183814504442018-10-28T09:50:00.000-07:002018-10-28T09:50:15.593-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, tapi justru membiarkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, jika kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berkeinginan aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jika panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, namun elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang harus ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Namun apabila tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yaitu betul-betul-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Bila diperkenankan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air diaplikasikan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikuasai menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dijadikan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita berdendang “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, tapi Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, sekiranya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-sungguh-sungguh penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang patut bisa diterapkan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang demikian itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang jikalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya patut langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-82829849931801994372018-10-25T23:36:00.000-07:002018-10-25T23:36:00.540-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, tapi justru membiarkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, sekiranya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian ingin aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jikalau panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang semestinya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Melainkan jikalau tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini merupakan betul-betul-betul-betul vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Kalau dibolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diaplikasikan, air digunakan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dibatasi menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita berdendang “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” tetapi kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, tapi Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, sekiranya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang kalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya sepatutnya lantas dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-64631398242734163892018-10-23T22:07:00.000-07:002018-10-23T22:07:05.506-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, tapi justru membiarkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, seandainya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, tetapi kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum sekiranya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang mesti ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Tapi bila tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini ialah benar-benar-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Apabila diperbolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air diterapkan, rakyat digunakan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dibatasi menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diciptakan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, sekiranya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-sungguh-sungguh penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang jikalau dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya patut langsung dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-11160541559502157242018-10-23T09:43:00.000-07:002018-10-23T09:43:01.829-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar awam, melainkan justru memperkenankan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, sekiranya kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, melainkan kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jikalau panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, namun elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang mesti ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Tapi sekiranya tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini ialah betul-betul-amat vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Kalau diperkenankan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diaplikasikan, air diterapkan, rakyat digunakan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikuasai menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dijadikan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” melainkan kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, melainkan Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, sekiranya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang benar-benar-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang semestinya bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang seperti itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang sekiranya dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya sepatutnya seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-43422982786792692862018-10-20T09:12:00.000-07:002018-10-20T09:12:04.039-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar lazim, tetapi justru membolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, apabila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum seandainya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang sepatutnya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Melainkan sekiranya tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yakni amat-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Jikalau diperkenankan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diaplikasikan, air diterapkan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dibatasi menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diciptakan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, tapi Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Melainkan, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, seandainya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-benar-benar penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa diaplikasikan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang semacam itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang seandainya dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap-tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya sepatutnya lantas dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-52347230602610115742018-10-18T08:46:00.000-07:002018-10-18T08:46:01.460-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar awam, melainkan justru membolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, bila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap ada kans untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berkeinginan aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berharap aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum seandainya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang mesti ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Melainkan apabila tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini merupakan sungguh-sungguh-sungguh-sungguh vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Bila diizinkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi diaplikasikan, air diterapkan, rakyat diaplikasikan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dipegang menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang diciptakan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita menyanyi “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” tetapi kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, bila kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang amat-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang harus bisa diterapkan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang seperti itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang bila dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya seharusnya lantas dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-65972935167461408292018-10-16T15:22:00.000-07:002018-10-16T15:22:11.777-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, tetapi justru memperbolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, apabila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian ingin aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian ingin aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum jika panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, tapi elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang semestinya ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Melainkan sekiranya tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan bentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yaitu sungguh-sungguh-benar-benar vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini setiap tahun.<br /><br />Bila dibolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh cara kapitalisme global.<br /><br />Bumi digunakan, air digunakan, rakyat digunakan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dibatasi menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita tarik suara “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” tetapi kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, namun Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut namun mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, seandainya kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara ketika ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-betul-betul penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang sepatutnya bisa diterapkan untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang seperti itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang bila dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya wajib seketika dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3552697826846390674.post-11236064938600068772018-10-16T09:30:00.000-07:002018-10-16T09:30:05.836-07:00Kekayaan Indonesia dalam Genggaman AsingIndonesia mempunyai kekayaan yang luar umum, tetapi justru memperbolehkan kekayaan hal yang demikian mengalir ke luar negara. Bagaimana dapat ekonomi kuat? Bagaimana dapat harga-harga cukup memadai untuk rakyat, bila kekayaan mengalir ke luar?<br /><br />Lalu, ada yang bilang pada Prabowo, “Pak Prabowo, mbok bicara yang bagus-bagus saja.” Ada yang mengatakan, “Pak Prabowo, jangan bicara terlalu keras. Bicara halus-halus saja.”<br /><br />Selama 10 tahun terakhir, tiap-tiap ada peluang untuk memapar kan data-data, Prabowo menanyakan terhadap mereka yang menyimak, “Kalian berharap aku bicara bagus-bagus, atau aku bicara apa adanya? Kalian berkeinginan aku bicara halus, bagus-bagus, namun kenyataannya tak bagus, atau aku bicara apa adanya, saudara-saudara sekaligus?”<br /><br />Mereka menjawab,” Bicara apa adanya saja, pak Prabowo.”<br /><br />Berdasarkan Prabowo, telah terlalu lama elit Indonesia berdusta. Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap bangsa. Dan juga dusta terhadap dirinya sendiri.<br /><br />Mengapa orang kecil kian terjepit? Mengapa di Indonesia, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin? Mengapa petani tak senyum seandainya panen? Bagaimana dapat di negara yang telah lebih dari 70 tahun merdeka, ada guru honorer yang cuma mendapatkan Rp200 ribu sebulan?<br /><br />Bagaimana dapat, beberapa besar hasil profit Indonesia sebagai bangsa mengalir ke luar negeri, melainkan elit membisu saja. Belasan ribu Rupiah yang patut ada di Indonesia, parkir di luar negeri, dan elit Indonesia tak berjuang keras untuk mengembalikannya ke dalam negeri?<br /><br />Pahit memang, apa yang di katakan Prabowo. Tapi sekiranya tiap-tiap tahun terus ada net uotflow kekayaan nasional ke luar, kita sebagai negara tak perlu punya agenda pembangunan rentang panjang. Tak perlu agenda pembangunan sebab rakyat Indonesia juga tak akan merasakan.<br /><br />Uang ini yaitu benar-benar-betul-betul vital bagi pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Bangsa tak dapat lagi kehilangan kekayaan sebesar ini tiap-tiap tahun.<br /><br />Bila diperbolehkan kekayaan terus mengalir ke luar negeri, artinya memang mendapatkan bahwa Indonesia sebagai bangsa dipelihara. Sebagai bangsa dan sebagai buruh oleh metode kapitalisme global.<br /><br />Bumi diterapkan, air diterapkan, rakyat digunakan sebagai buruh demi memperkaya bangsa lain. Indonesia dikontrol menjadi pasar, menjadi konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkan oleh bangsa lain.<br /><br />Kita perlu retorika. Rakyat kita, pemimpin kita berdendang “Indonesia Raya”, “Maju Tidak Gentar” namun kesejahteraan kita jalan di daerah. Kita terus miskin. Kita terjerumus dalam middle income trap, jebakan negara menengah.<br /><br />Hidup di tengah kekayaan sumber alam, melainkan Indonesia miskin. Negara dengan tiga perempat laut melainkan mengimpor ikan asin, mengimpor ikan teri, mengimpor ayam, mengimpor singkong dan mengimpor daging.<br /><br />Tetapi, kata orang, ambang penderitaan bangsa Indonesia tinggi sekali. Jadi, jika kaki di injak, orang Indonesia tak teriak-teriak sebab sifat bangsa Indonesia memang bagus, nerimo. “Monggo, silahkan injak kaki aku. Silahkan perdaya aku dan ambil kekayaan aku.”<br /><br />Sebab inilah, negara dikala ini berada di persimpangan jalan yang sungguh-sungguh-benar-benar penting.<br /><br />Darah kita telah diambil puluhan tahun. Tubuh bangsa Indonesia ini telah sepantasnya masuk IGD. ‘Bocornya’ uang yang semestinya bisa dipakai untuk membangun bangsa Indonesia, dari kebocoran tabungan nasional dari perdagangan, kebocoran pendapatan pajak nasional dari tax ratio yang seperti itu rendah, dan kebocoran dari korupsi anggaran belanja nasional yang seandainya dijumlahkan kini melampaui angka Rp1.000 triliun tiap tahun berdasarkan hitunga Badan Kajian Kebijakan Strategis Partai Gerindra, dan banyak hitungan kredibel lainnya semestinya lantas dihentikan.<br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/12068157676133039962noreply@blogger.com0